Rangkuman Catatan Filsafat Islam Pertemuan Ke-4

Tokoh filsuf pertama yang berasal dari kalangan islam adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq Al-Kindi atau yang biasa dikenal dengan Al Kindi. Beliau lahir di Kuffah pada 185 H atau 801 M. Al-Kindi berasal dari keluarga yang terhormat dan juga kaya. Beliau tidak hanya ahli dalam bidang filsafat, tapi juga ahli pada bidang metafisik, etika, Iogika dan psikologi hingga ilmu pengobatan, farmakologi, matematika dan astrologi. Al-Kindi juga merupakan tokoh yang menggerakan filsafat arab, sehingga banyak orang yang menyebut beliau sebagai bapak filsafat Arab.

Al-Kindi juga merupakan seorang terjemah yang terkenal dan mempunyai banyak sekali karya tulisan. Sayangnya kebanyakan karya beliau telah hilang atau hangus karena adanya ekspansi bangsa Mongol. Karya beliau yang paling terkenal adalah On First Philosophy, yang dianggap sebagai filsafat pertama yang membahas tentang Tuhan. Al-Kindi juga berperan sebagai penggerak filsafat di dunia islam yang mencoba menyelaraskan penulusuran filosofis dengan teologi dengan akidah islam.

Al-Kindi percaya bahwa filsafat ketuhanan memiliki hakikat dalam arti an-niyah maupun ma’hiyyah. Tuhan bukanlah suatu benda dan tidak termasuk benda yang ada di alam. Menurutnya, Tuhan adalah pencipta dan bukan penggerak pertama seperti pendapat Aristoteles. Alam baginya bukan kekal di zaman lampau (qodim), tapi memiliki permulaan.

Al-Kindi menyampaikan 3 argumen terkait adanya Allah Swt, yaitu :

  1. Baharunya Alam, bahwa itu tidak mungkin, karena alam ini mempunyai permulaan waktu dan setiap yang mempunyai permulaan akan berkesudahan. Yang berarti bahwa alam semesta baharu dan diciptakan dari tiada oleh yang menciptakannya, yakni Allah Swt.
  2. Keanekaragaman Dalam Wujud, terjadi bukan karena kebetulan, tapi ada yang menyebabkan atau merancangnya. Hal ini dikarenakan bukti adanya Allah Swt.
  3. Kerapian Alam, ditegaskan bahwa alam empiris ini tidak mungkin teratur dan terkendali begitu saja tanpa ada yang mengatur dan mengendalikannya. Pengendaliannya tentu berada di luar alam dan tidak sama dengan alam. Zat tersebut tidak terlihat, tapi dapat diketahui dengan melihat tanda-tanda atau fenomena yang terdapat di alam ini. Zat itu yang bisa disebut dengan Allah Swt.

Menurut al-Kindi, perbedaan antara filsafat dan agama adalah bahwa filsafat adalah ilmu manusia yang dicapai oleh para filsuf melalui pemikiran, pembelajaran, dan usaha manusia. Agama adalah ilmu ketuhanan yang paling tinggi peringkatnya karena dicapai tanpa proses belajar, berpikir, atau usaha manusia.Agama memiliki Al-Qur’an dan jawabannya tidak diragukan lagi. Terakhir, filsafat menggunakan metode logika, sedangkan agama menggunakan metode keyakinan.

Rangkuman Catatan Filsafat Islam Pertemuan Ke-3

Filsafat mempunyai banyak arti, yang dapat dijelaskan secara etimologis filsafat adalah sebuah konsep yang penuh dengan kebijaksanaan dan kebenaran. Filsafat, secara terminologi, adalah ilmu atau pemikiran yang mencari hakikat sejati dari segala sesuatu. Kemudian menurut para ahli contohnya Aristoteles, filsafat adalah ilmu yang mengandung kebenaran, yang meliputi segala macam metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Kemudian dalam Islam, filsafat adalah studi tentang Al-Qur’an, mencari jawaban dan menjelaskan masalah yang ada berdasarkan wahyu Allah.

Filsafat harus memiliki objek sasaran, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu atau segala sesuatu yang ada yang menjadi objek penyelidikan. Yang dianggap ada bukan hanya sesuatu yang dapat dirasakan oleh indera, tetapi ada juga yang tidak dapat dirasakan secara langsung oleh indera, seperti sejarah. Segala sesuatu yang “ada” memiliki tiga kategori, yaitu:

1. Thinkable

Adalah hal rasional yang berdasarkan pada inderawi. Selama panca indera bisa mengenali atau merasakan hal tersebut, maka itulah hakikat ada dalam objek material.

2. Unthinkable

Adalah sesuatu yang tidak terpikirkan oleh kita, tetapi mungkin saja sedang atau telah dipikirkan oleh orang lain. Hal tersebut juga merupakan hakikat yang bisa menjadi objek kajian dalam filsafat, karena hal yang dipikirkan orang lain bisa diteliti oleh kita.

3. Unthoughtable

Yaitu sesuatu yang tidak pernah terpikirkan namun diyakini ada. Satu-satunya hal tersebut adalah adanya Tuhan. 

Objek lainnya adalah objek formal. Adalah metode untuk memahami objek material yang telah dikaji secara khusus. Hal tersebut dapat dipahami dengan dua cara, yaitu : 

1. Spesifikasi

Spesifikasi merupakan hal yang menjadi fokus kajian bukan sesuatu yang umum melainkan sesuatu yang khusus. 

2. Perspektif

Perspektif merupakan objek yang dikaji dengan sudut pandang tertentu.

Filsafat islam berhubungan juga dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti Ilmu Kalam, Ilmu Tasawuf, Ushul Fiqih, dan Sains. Filsafat islam dan filsafat yunani memiliki pola pemikiran yang sama, yaitu berpikir dengan kehendak bebas dan tanggung jawab yang rasional dan liberal. Akan tetapi penerapannya berbeda, filsafat Islam menggunakan pola pikir tersebut sebagai bantuan untuk menjelaskan tafsir, dan tujuan dalam melihat agama Islam dengan tafsir Al-Qur’an dan Hadist.

Rangkuman Catatan Filsafat Islam Pertemuan Ke-2

Pada pertemuan kedua perkuliahan filsafat Islam, dosen menjelaskan prosedur yang harus dilakukan oleh setiap pemakalah dalam melakukan presentasi. Setiap pemakalah melakukan presentasi dengan berbasis Power Point disampaikan dengan grup Whatsapp, jika ada mahasiswa yang ingin bertanya tentang materi yang disampaikan oleh para pemakalah, maka bisa menyampaikan pertanyaannya secara lisan atau secara tertulis.

Selanjutnya ketika pemakalah melakukan presentasi, setiap mahasiswa diharuskan mencatat dan membuat resume atau rangkuman yang selanjutkan diunggah pada blog pribadi masing-masing untuk menjadi penilaian formatif dari dosen. Kemudian pemakalah juga harus membagikan hasil laporan berupa kesimpulan dan hasil diskusi ke grup Whatsapp, agar setiap mahasiswa juga dapat memahami secara keseluruhan diskusi materi pada setiap pertemuan.

Setelah itu dari makalah yang telah disiapkan, masing-masing presenter diminta untuk menampilkan video dengan mekanisme video yang muncul di wajah masing-masing presenter sambil menjelaskan materi di pihaknya, kemudian video tersebut diunggah ke Youtube. platform untuk penilaian ujian tengah semester. Saat mengunggah presentasi video, harus disertakan deskripsi yang menunjukkan nama masing-masing anggota serta NIM dan nama dosen.

Filsafat sebagai cara berpikir lebih dikenal dengan nama ilmiah Al-Mantiq (logika Aristoteles), logika ini dikembangkan lebih lanjut oleh para ulama yang kemudian menciptakan suatu produk yang dikenal dengan istilah kaidah hukum. Kemudian dari kaidah Ushul Fiqh, ia melahirkan produk baru, yaitu Fiqh. Jika diperhatikan, cara berpikir filsafat Islam yang digunakan oleh para filosof Islam tidak jauh berbeda dengan para ulama Fiqh, baik yang menggunakan logika Aristoteles maupun Al-Mantiq.

Nyatanya umat Islam memiliki pemahaman yang lebih baik tentang rasionalisme atau idealisme, hampir semuanya menggunakan penalaran yang berjalan dari umum ke khusus atau rinci. Tidak seperti orang Barat yang memahami empirisme atau realisme, mereka menggunakan cara berpikir induktif yang dimulai dari kecil ke besar. Pembahasan selanjutnya tentang filsafat produk, yang dimaksud adalah produk dari pemikiran para tokoh filsuf. Misalnya apa saja pemikiran filsafat dari tokoh seperti Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Farabi, dan tokoh filsafat muslim lainnya. Contohnya ketika Al-Kindi melihat kehidupan alam semesta, dalam pemikirannya Tuhan adalah Al-Haqq Al-Awwal dan Al-Haqq Al-Wahid yakni ialah yang paling benar, tunggal dan semata-mata satu. Jadi selain Tuhan semuanya mengandung arti banyak.

Presentasi dari pemakalah kelompok pertama sangatlah penting, dikarenakan pada materinya akan menginformasikan tentang awal asal muasal kenapa filsafat itu bisa masuk ke dalam dunia islam. Karena jika dipikir-pikir sangatlah sulit filsafat dengan mudah masuk ke dalam islam, hal ini dapat dilihat dari cara berpikir para orang-orang arab yang pemikirannya sangatlah sederhana, dibuktikan dari peradaban Arab (sebelum islam masuk) yang tidak mengalami kemajuan saat itu, berbeda seperti peradaban Yunani, Mesopotamia, dan lainnya yang mengalami kemajuan luar biasa.

Rangkuman Catatan Filsafat Islam Pertemuan Pertama

Hal yang dapat saya tangkap pada pertemuan pertama kuliah Filsafat Islam yaitu kurang lebih, pada dunia Islam filsafat selalu mendapatkan kritik yang sangat tegas oleh para pemikir besar Islam. Banyak ahli fiqh memusuhi filsafat dengan anggapan bisa menjerumuskan seseorang bisa menjadi kafir. Tidak hanya itu, ahli kalam juga memiliki peran dalam memberantas filsafat yang bertentangan dengan permasalahan agama. Di antara ulama yang begitu gigih mengkritik dan menyerang filsafat adalah Imam al-Ghazali, yang telah menulis buku kontroversial yang terkenal, Tahafut al-Falasifah. Dalam bukunya, Al-Ghazali berambisi untuk membuktikan bahwa pandangan para filsuf tentang metafisika itu salah. Kesalahan ini dilihat tidak hanya dari sudut pandang agama, tetapi juga dari sudut pandang logis.

Menurut Al-Ghazali, para filsuf (yang dimaksud Ibnu Sina) tidak secara sistematis menggunakan logika sebagai cara berpikir untuk menjelaskan metafisika, sehingga ide-ide mereka sangat kabur, mereka lemah dan tidak memiliki dasar argumentasi yang kuat. Logika ini adalah dasar pemikiran mereka. Sayangnya, al-Ghazali mengatakan bahwa logika dengan sendirinya dapat menghancurkan pandangan filsuf mereka. Bersama Al-Ghazali, As Syaharastani adalah seorang ulama yang mengkritik pemikiran (logika) para filsuf. Keduanya masih tergolong ulama Asyariyyah. As-Syahrastani, dalam salah satu bukunya yang berjudul Musara’ah al-Falasifah, mengkhususkan diri dalam meletakkan dasar argumentasi Ibnu Sina dengan tujuh pertanyaan metafisik. Tujuh persoalan metafisika yang dikritisi oleh as-Syahrastani sebenarnya merupakan landasan sistematis pemikiran filsuf Ibnu Sina. Seperti Al-Ghazali, As Shahrastani menggunakan logika untuk mengkritik pandangan Ibnu Sina, dan yang menarik, ia tampak menjauhkan diri dari cara mengkritik para filsuf filsafat yang sangat canggih.

Dilihat dari metode analisisnya, as-Syahrastani dan al-Ghazali memiliki satu kesamaan. Kedua cendekiawan ini menggunakan logika sebagai pendekatan untuk memenuhi landasan metafisik para filsuf. Perbedaan kedua tokoh ini dalam kritik filosofis hanya terletak pada persoalan objektivitas dan loyalitas menggunakan logika sebagai kerangka berpikir. As-Syahlastani dalam kitab Musara`ah al-Falasifah Tampaknya lebih objektif dan logis daripada al-Ghazali . Bukan hanya itu, tetapi dalam meletakkan dasar untuk pembahasan Ibn Sina, As Shahrastani menghindari pertimbangan agama yang ketat.

Berdasarkan penjelasan diatas setidaknya ada dua tipologi anti-filosofis di dunia Islam. Pertama, sikap para ahli fikih yang menentang filsafat dari “luar” tanpa mendalami dan memahami masalahnya. Hal ini terlihat dalam fatwa Ibnu As Sorah dan Imam Nawawi tentang Larangan Mempelajari Filsafat. Kedua, sikap para ahli kalam yaitu al-Ghazali dan as-Syahrastani yang mengkritik filsafat, terutama dalam metafisikanya, dari “dalam” menggunakan logika sebagai kerangka kerja kritiknya. Al-Ghazali dan as-Syahrastani dalam hal ini juga sebenarnya bisa disebut sebagai filosof karena keduanya berangkat dari sistem filsafat tertentu. Keduanya membentuk aliran filsafat tersendiri yang berbenturan oleh sistem filsafat lainnya.

Selanjutnya dalam perkuliahan juga disebutkan berbagai tugas seperti:

  1. Per kelas bentuk 11 kelompok dengan materi sesuai yang ada buku filsafat Islam karya sirajuddin zar
  2. Setiap kelompok buat ppt dan cukup dijelaskan di WA group via voice note. Setelah presentasi di GWA lanjut ke kelas gabungan A&B
  3. Tugas mingguan berupa rangkuman perminggu yang di upload dalam blog pribadi atau aplikasi penulisan. Cari aja kayaknya banyak di app store. Dan dalam 1 semester harus menulis minimal 12 dan maksimal 16 tulisan
  4. Untuk UTS berupa video dengan kelompoknya masing2 yang di upload di ytb
  5. Kelas dilakukan secara online dan saat UTS/UAS dilakukan secara offline jika ujian secara tertulis
  6. Penilaian Dosen : UTS 30 %, UAS 30%, FORMATIF 40%

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai