Ibnu Rusyd atau nama lengkapnya Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd, merupakan keturunan Arab kelahiran Andalusia (Spanyol) pada tahun 526 H/1198 M. Berasal dari keluarga yang memilki kedudukan tinggi di Spanyol karena ayahnya Ahmad adalah seorang hakim di Kordoba, dan kakeknya terkenal sebagai seorang ahli fiqih yang menjabat sebagai Qadhi di Kordoba dan meninggalkan karya-karya ilmiah yang berpengaruh di Spanyol.
Ibnu Rusyd lebih tenar di kalangan orang Eropa daripada orang Timur, dikarenakan beberapa sebab. Pertama, karena tulisan-tulisannya yang banyak jumlahnya diterjemahkan kedalam bahasa Latin dan kemudian diedarkan serta dijaga, sedangkan teks aslinya dalam bahasa arab dibakar dan dilarang terbit karena mengandung semangat anti filsafat dan filosof. Kemudian yang kedua, Eropa lebih menerima ajaran filsafat dan metode ilmiah yang dianut Ibnu Rusyd, berbeda dengan orang Timur.
Pada bidang filsafat, Ibnu Rusyd belajar kepada Ibnu Bajjah, seorang filosof besar di Eropa sebelum Ibn Rusyd. Selain itu, ia juga berhubungan dengan dokter Abu Marwan bin Zuhr dan raja Dinasti Muwahhidun. Selain menjalin perhubungan yang akrab dengan Ibnu Zuhr, Ibn Rusyd juga mempunyai hubungan yang baik dengan kerajaan Islam Muwahidin terutama dengan amir ketiga khalifah Abu Yusuf Al-Mansyur. Hubungan dan kepercayaan tersebut, akhirnya Ibn Rusyd dilantik sebagai hakim di Sevilla pada tahun 1169. Dua tahun kemudian, beliau dilantik menjadi hakim di Cordova, kemudian dilantik sebagai dokter istana pada tahun 1182 M.
Tetapi banyak kalangan ulama yang tidak menyukai ajaran filsafat Ibnu Rusyd, dan bahkan ada sampai ada yang mengkafirkannya. Sekelompok ulama tersebut berusaha memfitnah bahwa Ibnu Rusyd menyebarkan ajaran filsafat yang menyimpang dari ajaran islam, Atas tuduhan tersebutlah maka kenapa orang-orang Timur membakar karya-karya asli Ibnu Rusyd.
Ibnu Rusyd wafat pada tangga 19 Shafar 595 H/10 Desember 1198 M, ia wafat dengan meninggalkan banyak warisan keilmuan yang dikenal Barat dan Timur. Kematiannya menjadikan kehilangan yang cukup besar bagi kerajaan dan umat Islam di Sepanyol. Beliau tidak meninggalkan sebarang harta benda melainkan ilmu dan tulisan dalam pelbagai bidang seperti falsafah, kedokteran, ilmu kalam, falak, fiqh, muzik, kaji bintang, tatabahasa, dan nahwu.
Pokok pikiran Ibnu Rusyd yang paling istimewa adalah yakni merekonsiliasikan antara agama (wahyu) dan filsafat (akal). Menurut Ibnu Rusyd, filsafat adalah mempelajari segala yang wujud (maujudat) dan merenungkan sebagai suatu bukti tentang adanya pencipta. Ia berpendapat bahwa segala yang ada di di alam semesta ini menunjukkan bahwa adanya pencipta. Kemudian, menurutnya antara filsafat dan agama tidak bertentangan, karena datang dari asal yang sama dan juga kebenaran tidaklah berlawanan dengan kebenaran tetapi saling memperkuat.
Menurut Ibnu Rusyd belajar filsafat dan berfilsafat itu tidak dilarang dalam agama islam, bahkan Al-Qur’an sendiri menghimbau agar umat islam untuk berfilsafat yakni selalu mencari tau dan berpikir kritis serta rasional.
Lalu Ibn Rusyd mangakui adanya kebebasan aksi dalam diri manusia. Ibnu Rusyd telah berhasil melakukan rasionalisasi terhadap permaslahan qadl dan qadr. Keimanan terhadap qadl dan qadr tidak akan melepas tanggung jawab manusia, juga tak akan menutup kekuasaan Tuhan atas makhluk-Nya. Setiap peerbuatan manusia, selain merupakan kehendak dirinya sendiri, bukan paksaan dari Tuhan. Perbuatan tersebut juga sangat bergantung pada ikatan yang ada diluar kehendaknya sendiri.
Kemudian pemikiran Ibnu Rusyd terkihat pula dari upayanya menyelesaikan permasalahan pertentangan antara agama dan filsafat melalui metode tawil (memberikan porsi seluar-luasnya kepada akal manusia untuk menyikapi semua permasalahan yang ada).
Karya-karya Ibnu Rusyd
Karya-karya Ibnu Rusyd dibedakan antara karya yang berdasarkan pemikiran Ibnu Rusyd sendiri dan karya yang merupakan komentar atas karya-karya orang lain terutama karya Aristoteles. Berikut karya-karya Ibnu Rusyd,
Karya Asli:
- Fasl al-Maqal fi ma Bayna al-Hikmah wa al-Syari’ah min al-Ittisal (Penjelasan mengenai Hubungan antara Filsafat dan Agama) dalam buku ini Ibnu Rusyd mencoba menjelaskan hubungan yang erat antara akal dan wahyu. Ibnu Rusyd menegaskan bahwa akal adalah teman seirig yang tidak saling bertentangan dengan wahyu. Buku ini juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani dan Latin.
- Al-Kasyf ‘an Manahij al-Adillah fi ‘Aqa’id al-Millah (Menyikap metode-metode demonstratif yang berhubungan dengan keyakinan pemeluk agama). Buku ini ditulis Ibnu Rusyd di Sevilla pada 1179/575 H.
- Mukhtasar al-Mustasyfa fi Usul al-Ghazali (Ringkasan atas kitab al-Mustashfa al-Ghazali). Buku ini masih tersimpan di Perpustakaan Escorial, Spanyol.
- At-Tahshil, berupa antologi pemikiran ilmuwan yang sensasional dan kontroversial, baik dari kalangan sahabat, tabi’in, maupun generasi sesudahnya. Dalam buku ini, Ibnu Rusyd menjustifikasi beberapa Mazhab yang ada, dan menjelaskan beberapa kemungkinan yang diperkirakan pemicu timbulnya konflik.
- Kitab Tahafut at-Tahafut (Kerancuan dari buku Kerancuan). Buku ini merupakan puncak kematangan pemikiran filsafat Ibnu Rusyd. Isi buku ini merupakan “serangan balasan” Ibnu Rusyd atas serangan Al- Ghazali Terhadap para filosof dalam bukunya Tahafut al Falasifah. Dalam buku ini Ibnu Rusyd membela filosof atas tuduhan Al-Ghazali dalam masalah-masalah filsafat.
Karya Ulasan:
Ibnu Rusyd tidak hanya mengulas karya-karya pemikiran Aristoteles, tetapi juga filosof-filosof Yunani Lainnya, seperti Galen dan
Porphyry. Sebagai karya tersebut masih berupa manuskrip yang tersimpan di beberapa Perpustakaan di Eropa. Di antara karya-
karya ulusannya yang masih bisa dilacak adalah:
- Kitab Al-Hayawan, 1169 M. (565 H). Komentar atas karya Aristoteles berjudul de anima.
- Kitab Al-Dharuri fi al-Manthiq, berupa intisari dari buku buku Aristoteles secara komprehensif.
- Kitab Talkhis Madkhal Furfur Iyus, (merupakan pengantar logika karya Prophiry). Manuskrip ini terdapat di Perpustakaan Leiden nomor 2073.
- Intisari dari Al-Ilahiyyat, komentar atas Karya Nicholas.
- Intisari kitab Ma Ba’da at-Thabi’ah, komentar pendek atas karya Aristoteles berjudul Metaphysica.
- Intisari kitab Al-Akhlaq li Aristoteles, komentar singkat karya Aristoteles berjudul Ethica Nicomachea.
- Intisari kitab SyarH Kitab Al-Burhan, 1170 (566 H). Komentar atas karya Aristoteles berjudul Demonstration.
- Intisari kitab Al-Sima’ ath-Thabi’i, Karya Aristoteles.
- Intisari kitab Al-Nafs, Karya Aristoteles.
- Intisari kitab Al-Asthaqisat, Karya Galen